Luka menahun yang dialami penderita diabetes sering berujung pada amputasi karena sulit disembuhkan. Kini dengan teknologi ultrasonik, proses penyembuhan luka semacam itu bisa dipercepat hingga 50 persen.
Luka kronis yang tidak sembuh-sembuh dialami oleh 1 dari 6 penderita diabetes terutama di bagian kaki. Berkurangnya aliran darah di bagian ini menyebabkan luka makin parah, lalu memicu gangren atau kematian jaringan sehingga harus diamputasi.
Faktor lain yang menyebabkan luka sulit sembuh adalah sistem kekebalan tubuh yang rendah dan terjadinya infeksi. Keduanya saling mempengaruhi, sebab tubuh yang tidak kebal akan mudah mengalami infeksi terutama jika memiliki luka terbuka.
Umumnya faktor ini diatasi dengan pemberian antibiotik, namun pada kondisi dan tingkat keparahan tertentu langkah ini tak selalu berhasil. Jika dalam hitungan bulan atau tahun luka tidak sembuh, amputasi sering menjadi pilihan terakhir agar infeksi tidak menyebar.
Baru-baru ini, sebuah studi di Mayo Clinic seperti dilansir Dailymail, Rabu (24/11/2010) melahirkan teknologi baru untuk membantu para penderita diabetes. Teknologi itu menggunakan gelombang ultrasonik dengan intensitas tinggi yang bisa mempercepat proses penyembuhan luka.
Selain menyingkirkan bakteri penyebab infeksi, gelombang ultrasonik juga menjaga jaringan sehat di sekitar luka agar tidak ikut rusak. Selain itu, gelombang ini juga melindungi sel dan jaringan baru yang terbentuk selama proses penyembuhan.
Hasil uji coba menunjukkan teknologi ini mampu meningkatkan proses kesembuhan hingga 50 persen dalam pemakaian selama 12 pekan. Angka ini lebih tinggi dibanding pengobatan konvensional yang hanya memberikan peningkatan sebesar 29 persen.
Dalam uji coba tersebut, para partisipan diberikan tembakan ultrasonik sebanyak 3 kali tiap pekan. Masing-masing tembakan hanya membutuhkan waktu tak lebih dari 5 menit.[ref:detik.health]
No comments:
Post a Comment